Ruang kelas
lingkar belajar keadilan iklim (lbki) Walhi Kalimantan Tengah telah dimulai
kembali, Hotel Batu Suli Nasional (5-7/4/2013). Lingkar belajar keadilan iklim
diikuti oleh belasan mahasiswa dari Universitas Palangka Raya dengan berbagai
macam jurusan ini dipandu oleh Sentot Setyasiswanto S.Sos asal potianak Kalimantan Barat,
selama tiga hari pelatihan. Pelatihan dengan tajuk riset dan pemantauan ini
diharapkan dapat seperti LBKI angkatan I dimana para peserta dapat menuliskan
permasalahan-permasalahan masyarakat berkaitan dengan keadilan iklim dan perubahan iklim.
Walau waktu pada pelatihan kali ini lebih pendek
dibandingkan pelatihan LBKI yang sebelumnya namun tidak menyurutkan langkah
untuk tetap bersemangat dalam menuliskan permasalahan-permasalahan masyarakat
yang sedang di hadapi. Selama tiga hari pelatihan peserta di ajak oleh si
pemandu untuk lebih banyak membaca dimana bahan bacaan di peroleh dari
buku-buku yang disediakan oleh panitia maupun membaca klipingan koran Walhi
Kalteng berdasarkan isu yang diminati perserta
untuk penunjang data awal dalam memulai sebuah penulisan.
Metode ajar yang sedikit berbeda dengan proses
pelajaran dikampus ini lebih menekankan pada proses belajar dua arah dimana
pemandu tidak hanya memberi ceramah berupa materi namun peserta juga diwajibkan
untuk turut serta dalam menentukan materi yang dinginkan atau disampaikan
sesuai dengan pengalaman yang didapat. Bahkan sipemandu menawarkan kepada
peserta yang sedang membuat atau masih sedang mengajukan tulisan tentang tugas
akhirnya dikampus dapat difasilitasi dalam kegiatan pelatihan ini.
Ruang kelas pertama di buka dengan penyampain materi
dari direktur Wahana Lingkungan Hidup Kalimantan Tengah, Pria berdarah
manado-dayak yang mempunyai sapaan Rio ini menyampaikan tentang persoalan
perubahan iklim, dimana iklim berubah sejak adanya revolusi industri pada abad
17-19.
Setelah penyampaian materi dari Rio sesi selenjutnya di
pandu oleh Sentot dimana peserta diajak untuk menentukan pilihan isu yang ingin
ditulis secara berkelompok. Ada empat isu yang ingin dikaji lebih dalam oleh
peserta yaitu : 1. konflik lahan di Kalimantan Tengah, 2.Hukum adat VS hukum
Nasional, 3. Perubahan Iklim dan 4. Ketahanan Pangan di Kalimantan Tengah. Pada
proses sebelumnya para peserta sudah melewati berbagai macam rangkain diskusi
membahas terkait isu yang ada diatas sehingga pada kesempatan pelatihan ini
isu-isu tersebut lebih dipertajam lagi dengan metode-metode riset. Langkah awal
yang dilakukan peserta adalah memperkuat argumen mengapa harus mengambil
isu-isu tersebut, apa dasarnya sehingga isu tersebut menjadi menarik untuk
dikaji lebih dalam serta apa tujuannya. Walaupun seluruh peserta telah
mempunyai asumsi atas argumennya masing-masing yang menjadi landasan pemilihan
isu namun dinilai masih kurang dikarenakan data awal sebagai landasan utama
tidak nampak disana sehingga yang terlihat hanya argumentasi berdasarkan karangan
yang direka-reka. Oleh itu sipemandu mengerakan peserta untuk mencari data awal
sebagai bahan memperkuat argumen lewat buku-buku penelitian sebelumnya berserta
berita-berita media cetak yang telah di kliping. Setelah membaca dan
mengumpulkan data yang berasal dari berita pesertapun mempresentasikan hasil
temuanya, namun tidak semua peserta menemukan apa yang dicari atau dalam
pengertian lain apa yang dipresentasikan tidak sesuai dengan kontek yang
diharapkan. Pesertapun dikomandokan untuk mencari kembali klipingan yang sesuai
dengan isu yang ingin ditulis.
Pada hari selanjutnya peserta tetap berkutat pada
argumen dan mendalami isi bacaan-bacaan yang telah disediakan. Kegiatan membaca
memang membosankan bagi sebagian orang namun pada rangkaian kegiatan pelatihan
ini suka tida suka kegiatan membaca harus tetap dijalani kalau tidak peserta
akan mengalami kesulitan untuk menentukan langkah selanjutnya.
Pada sesi akhir kegiatan pelatihan peserta telah mampu
meletakkan dasar pertanyaan terkait isu yang dikaji lebih dalam berdasarkan
metode riset, dimana isu-isu diatas mengkrucut pada study kasus. Bagian hukum
lebih menyoroti tentang kasus PT.Indomoro Kencana yang bersiteru dengan dewan
adat dayak (DAD) lalu memunculkan sebuah pertanyaan bagaimanakah hukum adat dapat
menyelesaikan seteru ini. Sedangkan kelompok yang mengawal isu tentang konflik
lahan terbagi menjadi dua sasaran pertanyaan, pertama lebih menyoroti tentang
apa penyebab konflik lahan di Kabupaten Kotawaringin Timur meninggi dan yang
kedua menyoroti tentang hubungan pasar sawit terhadap konflik lahan di
Kabupaten Kotawaringin Timur. Kelompok yang mengusung isu ketahan pangan
menyasar tentang apakah kebijakan pemerintah mempengaruhi penurunan ketahanan
pangan di Kabupaten seruyan. Kelompok terakhir yaitu itu keadilan iklim lebih
memfokuskan pada program REDD+ yang ada di Kalimantan Tengah tentag apa dampak
postif yang diterima oleh masyarakat dan perubahan dalam kontek iklim.
Pelatihan telah berakhir namun peserta masih menyisakan
tugas tulisannya yaitu menyusun desain
riset yang ingin dikaji lebih dalam sehingga saat mencari data lapangan peserta
sudah tidak mengalami kebingungan. Pelatihan selanjutnya akan lebih banyak
mengupas tentang metode teknik pengalian data lapangan.
“Kalau kamu bukan anak raja dan engkau
bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”. [Imam Al-Ghazali]
“Orang
boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di
dalammasyarakat dan dari
sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”( Pramoedya Ananta Toer)
Dari Sahabatmu, Aryo Nugroho,W.
Alumni Lingkar Belajar Keadilan
Iklim Angkatan I, Staf Pergorganisasian dan Penguatan Komunitas Wahana
Lingkungan Hidup Kalimantan Tengah.