Sinopsis Film : The Burning Season - The Chico Mendes Story
Perjuangan Tanpa Senjata ala Chico Mendes
Kader Rakyat (22 Februari 2013), Palangka Raya.

Pada awal film itu diperlihatkan bagaimana seorang lelaki yang sudah setengah baya dan anak lelakinya menelusuri sungai dengan menggunakan perahu kecil demi menjual beberapa kilo getah karet yang sudah kering kepada seorang tengkulak di kota. Meskipun harga jual yang ditawarkan begitu rendah, lelaki tua itu dengan rela menerima beberapa kepingan Cruzeiro setelah dikurangi hutang-hutangnya pada tengkulak. Sementara anak lelakinya melontarkan pertanyaan-pertanyaan sederhana perihal penjualan getah karet pada ayahnya ketika mereka selesai bertransaksi. Mungkin anaknya menyadari bahwa ayahnya telah dicurangi oleh tengkulak tersebut, dan ayahnya tidak menanggapinya karena ayahnya merasa tidak ada pilihan lain untuk memanfaatkan getah karet tersebut.

Itulah gambaran sepenggal kehidupan orang Chacoeira, Brazil sekitar tahun 1950-an yang coba dilukiskan dalam Film “Burning Season”. Sebagian masyarakat Chacoeira menggantungkan hidupnya pada penyadapan getah karet. Menyadap getah karet bisa dikatakan salah satu mata pencaharian yang utama bagi mereka. Dengan sebilah pisau yang digunakan untuk mengelupas kulit pohon karet hingga terlihat cairan puith kental yang keluar mengikuti alur guratan pisau dan mengumpul dalam sebuah wadah yang terbuat dari tempurung kelapa. Begitulah teknik yang sederhana dalam menyadap getah karet. Oleh karena itu keberadaan pohon-pohon karet akan berkaitan erat dengan kelangsungan hidup masyarakat Chacoeira.

Namun sekitar tahun 1980-an, kelangsungan hidup orang Chacoeira mulai ternacam seiring dengan penebangan-penebangan pohon yang dilakukan oleh pemerintah yang bertujuan untuk pembuatan jalan dan peternakan.

Lahirnya Gerakan Kemasyarakatan

Sejumlah anggota masyarakat Chacoeira berkumpul dalam sebuah gereja. Semua jamaat gereja memperlihatkan ekspresinya masing-masing, ada yang serius, mengantuk dan mungkin tidak mengerti sama sekali. Mereka bukan sekedar mendengar ceramah dari seorang pastor tetapi mendengar ceramah dari seorang perintis Serikat Pekerja Chacoeira yang bernama Wilson Pinheiro. Dari ceramahnya yang mengebu-gebu dan menyisipkan pesan-pesan Yesus atas penebangan-penebangan pohon karet. Dan dengan analogi sebatang ranting pohon akan mudah dipatahkan ketimbang seikat ranting pohon yang ditunjukan kepada jamaat geraja. Wilson Pinheiro berhasil mengambil emosi jamaatnya dan berhasil mendukungnya untuk melakukan aksi koletif dalam melawan dan mencegah aksi-aksi penebangan pohon karet yang sedang berlangsung di Chacoeira.

Serikat Kerja Chacoeira yang terdiri dari para pemuda dan orang tua setengah baya berhasil menghalau penebangan yang dilakukan oleh pemerintah yang bekerjasama dengan elit Desa yakni seorang tuan tanah sekaligus pemilik peternakan domba.

Namun aksi kolektif tersebut menimbulkan ancaman pembunuhan---disimbolkan oleh kepala kambing segar yang tergantung didepan pintu rumah. Bagi Wilson ancaman tersbut tidak meluluhkan tekadnya untuk melakukan aksi perlawanan. Dan pada suatu ketika Wilson Pinheiro ditembak mati oleh salah seorang kaki tangan penentang aksi perlawanannya. Kematian Wilson Pinheiro tidak menyurutkan perlawanan Serikat Pekerja Chacoeira, layaknya

pepatah hutang nyawa dibayar dengan nyawa. Orang pemerintah pun mati ditangan pendukung Serikat Pekerja Chacoeira.

Chico Mendes Sang Pembaharu Gerakan

Semenjak kematian Wilson, praktis kepemimpinan gerakan ini diwariskan kepada Chico Mendes---seorang anak lelaki yang muncul diawal film tersebut. Karena hanya dia yang mampu memimpin gerakan perlawanan Chacoeira. Pada awalnya gerakan ini menggunakan senjata dalam perlawanannya namun setelah dipimpin oleh Chico Mendes setiap aksi yang dilakukan tidak pernah menggunakan senjata. Bagi Chico, penggunaan senjata bukan cara terbaik dalam melakukakn aksi perlawanan karena dengan senjata akan berdampak pada kematian bagi kedua belah pihak yang masing-masing adalah saudara mereka sendiri. Maka dari itu setiap aksi yang dilakukannya, Chico hanya mengandalkan retorika kata-kata yang digunakannya sebagai senjata dalam melakukkan perlawanan. Meskipun perlawanan tanpa senjata ini harus dibayar dengan kematian teman-teman seperjuangannya akan tetapi Chico tidak berusaha untuk membalasnya dengan nyawa juga.


Dengan mencalonkan diri sebagai calon presiden, ia mencoba mencari dukungan politik dari semua warganya namun perjuangan tersebut tidak berhasil. Dan dengan bantuan seorang teman wartawan Amerikanya, ia pergi ke Amerika untuk meminta bantuan atas perjuangan yang dilakukannya beserta Serikat Kerja Chacoeira. Meskipun pada awalnya, ia mendapat hambatan dari para elit disana. Namun pidatonya yang memukau yang disiarkan keseluruh dunia telah mengundang banyak pihak yang ikut peduli terhadap perjuangan Chico Mendes dan serikat pekerjanya.

Chico Mendes telah membuktikan kata-kata adalah senjata. Karena dengan pidatonya tersebut telah membuat pemerintah Brazil untuk menghentikan proyek pembuatan jalannya yang akan memusnahkan sebagian hutan tropis dan terutama pohon-pohon karet di wilayah Chacoeira.

Kemudian setelah tiba didaerah asalnya, ia disambut oleh masyarakat Chacoeira. Dan kemudian setelah dilakukan dialog yang menegangkan dan berlarut-larut dengan wakil pemerintah. Pada akhirnya perjuangan Chico dan Serikat pekerjanya berhasil menghentikan proyek pembuatan jalan untuk selama-lamanya. Walaupun pada akhir perjuangan itu pula harga yang harus dibayar adalah dengan kematian seorang Chico Mendes. Untuk mengenang jasa-jasanya maka wilayah hutan Chacoeira dijadikan Taman Nasional Chacoeira yang diumumkan secara resmi oleh pemerintah Brazil.

“seratus orang tak berpendidikan akan menimbulkan pemberontakan, satu orang berpendidikan merupakan awal dari munculnya suatu gerakan”(Chico Mendes)

Hasil Nonton Bareng Film

1. Problem
  • Masalah Dana Untuk Turun Kelapangan
  • Lapangan Pekerjaan Di Kampus
  • Problem Kerja-Kerja Kampus/Mahasiswa :
            A. Egoisme Individu Mahasiswa Mengenai  Pekerjaan (Pns)
            B. Egoisme Kelembagaan Mahasiswa           
            C. Masalah Diktat, Perlu Adanya Penyadaran Dan Perlu Bergerak Bersama
            D. Kurang Pendekatan
  • Banyak Membuat Forum/Lembaga Namun Menjadi Mati  (Tidak Terawat) Dan  Akhirnya Membuat Forum Baru
            A. Perlu Pupuk/ Formulasi
            B. Rantai Patronase
            C. Komitmen Dan Konsisten
            D. Praktek-Praktek Kerja
2. Solusi
      Sosialisasi /Propaganda
            A. Perlu Investigasi Kondisi Objektif
            B. Membuat Buletin
            C. Cara Mendakati Orang
            D. Pelajaran Kritik-Otokritik
            E. Kolektif
3. Program Kedepan
      Membuat Selebaran (Materi) Belajar Dari  Fak Pertanian.
      Menghidupkan Kembali Fordima Dengan Materinya Lebih Mengarah Kekampus. Pemateri Lebih Diperluas (Dosen Dll).
      Untuk Fordima Malam Kamis (27-2-2013) Pj : Tri Kusuma Atmaja, Materinya : Hak Demokratis Mahasiswa. Pemateri Amank, Tempat : Bem Fkip Unpar/UPT PGSD (Sikuy).
      Untuk Kader Rakyat Malam Sabtu (1-3-2013), Materi : Isak, Pemateri : Dany