Sinopsis Film : The
Burning Season - The Chico Mendes Story
Perjuangan Tanpa Senjata
ala Chico Mendes
Pada awal
film itu diperlihatkan bagaimana seorang lelaki yang sudah setengah baya dan
anak lelakinya menelusuri sungai dengan menggunakan perahu kecil demi menjual
beberapa kilo getah karet yang sudah kering kepada seorang tengkulak di kota.
Meskipun harga jual yang ditawarkan begitu rendah, lelaki tua itu dengan rela
menerima beberapa kepingan Cruzeiro setelah dikurangi hutang-hutangnya pada
tengkulak. Sementara anak lelakinya melontarkan pertanyaan-pertanyaan sederhana
perihal penjualan getah karet pada ayahnya ketika mereka selesai bertransaksi.
Mungkin anaknya menyadari bahwa ayahnya telah dicurangi oleh tengkulak
tersebut, dan ayahnya tidak menanggapinya karena ayahnya merasa tidak ada
pilihan lain untuk memanfaatkan getah karet tersebut.
Itulah
gambaran sepenggal kehidupan orang Chacoeira, Brazil sekitar tahun 1950-an yang
coba dilukiskan dalam Film “Burning Season”. Sebagian masyarakat Chacoeira
menggantungkan hidupnya pada penyadapan getah karet. Menyadap getah karet bisa
dikatakan salah satu mata pencaharian yang utama bagi mereka. Dengan sebilah
pisau yang digunakan untuk mengelupas kulit pohon karet hingga terlihat cairan
puith kental yang keluar mengikuti alur guratan pisau dan mengumpul dalam
sebuah wadah yang terbuat dari tempurung kelapa. Begitulah teknik yang
sederhana dalam menyadap getah karet. Oleh karena itu keberadaan pohon-pohon
karet akan berkaitan erat dengan kelangsungan hidup masyarakat Chacoeira.
Namun
sekitar tahun 1980-an, kelangsungan hidup orang Chacoeira mulai ternacam
seiring dengan penebangan-penebangan pohon yang dilakukan oleh pemerintah yang
bertujuan untuk pembuatan jalan dan peternakan.
Lahirnya Gerakan Kemasyarakatan
Sejumlah
anggota masyarakat Chacoeira berkumpul dalam sebuah gereja. Semua jamaat gereja
memperlihatkan ekspresinya masing-masing, ada yang serius, mengantuk dan
mungkin tidak mengerti sama sekali. Mereka bukan sekedar mendengar ceramah dari
seorang pastor tetapi mendengar ceramah dari seorang perintis Serikat Pekerja
Chacoeira yang bernama Wilson Pinheiro. Dari ceramahnya yang mengebu-gebu dan
menyisipkan pesan-pesan Yesus atas penebangan-penebangan pohon karet. Dan
dengan analogi sebatang ranting pohon akan mudah dipatahkan ketimbang seikat
ranting pohon yang ditunjukan kepada jamaat geraja. Wilson Pinheiro berhasil
mengambil emosi jamaatnya dan berhasil mendukungnya untuk melakukan aksi
koletif dalam melawan dan mencegah aksi-aksi penebangan pohon karet yang sedang
berlangsung di Chacoeira.
Serikat
Kerja Chacoeira yang terdiri dari para pemuda dan orang tua setengah baya
berhasil menghalau penebangan yang dilakukan oleh pemerintah yang bekerjasama
dengan elit Desa yakni seorang tuan tanah sekaligus pemilik peternakan domba.
Namun aksi
kolektif tersebut menimbulkan ancaman pembunuhan---disimbolkan oleh kepala
kambing segar yang tergantung didepan pintu rumah. Bagi Wilson ancaman tersbut
tidak meluluhkan tekadnya untuk melakukan aksi perlawanan. Dan pada suatu
ketika Wilson Pinheiro ditembak mati oleh salah seorang kaki tangan penentang
aksi perlawanannya. Kematian Wilson Pinheiro tidak menyurutkan perlawanan
Serikat Pekerja Chacoeira, layaknya
pepatah
hutang nyawa dibayar dengan nyawa. Orang pemerintah pun mati ditangan pendukung
Serikat Pekerja Chacoeira.
Chico Mendes Sang Pembaharu Gerakan
Semenjak
kematian Wilson, praktis kepemimpinan gerakan ini diwariskan kepada Chico
Mendes---seorang anak lelaki yang muncul diawal film tersebut. Karena hanya dia
yang mampu memimpin gerakan perlawanan Chacoeira. Pada awalnya gerakan ini
menggunakan senjata dalam perlawanannya namun setelah dipimpin oleh Chico
Mendes setiap aksi yang dilakukan tidak pernah menggunakan senjata. Bagi Chico,
penggunaan senjata bukan cara terbaik dalam melakukakn aksi perlawanan karena
dengan senjata akan berdampak pada kematian bagi kedua belah pihak yang
masing-masing adalah saudara mereka sendiri. Maka dari itu setiap aksi yang
dilakukannya, Chico hanya mengandalkan retorika kata-kata yang digunakannya
sebagai senjata dalam melakukkan perlawanan. Meskipun perlawanan tanpa senjata
ini harus dibayar dengan kematian teman-teman seperjuangannya akan tetapi Chico
tidak berusaha untuk membalasnya dengan nyawa juga.
Dengan
mencalonkan diri sebagai calon presiden, ia mencoba mencari dukungan politik
dari semua warganya namun perjuangan tersebut tidak berhasil. Dan dengan
bantuan seorang teman wartawan Amerikanya, ia pergi ke Amerika untuk meminta
bantuan atas perjuangan yang dilakukannya beserta Serikat Kerja Chacoeira.
Meskipun pada awalnya, ia mendapat hambatan dari para elit disana. Namun
pidatonya yang memukau yang disiarkan keseluruh dunia telah mengundang banyak
pihak yang ikut peduli terhadap perjuangan Chico Mendes dan serikat pekerjanya.
Chico Mendes
telah membuktikan kata-kata adalah senjata. Karena dengan pidatonya tersebut
telah membuat pemerintah Brazil untuk menghentikan proyek pembuatan jalannya
yang akan memusnahkan sebagian hutan tropis dan terutama pohon-pohon karet di
wilayah Chacoeira.
Kemudian
setelah tiba didaerah asalnya, ia disambut oleh masyarakat Chacoeira. Dan
kemudian setelah dilakukan dialog yang menegangkan dan berlarut-larut dengan
wakil pemerintah. Pada akhirnya perjuangan Chico dan Serikat pekerjanya
berhasil menghentikan proyek pembuatan jalan untuk selama-lamanya. Walaupun
pada akhir perjuangan itu pula harga yang harus dibayar adalah dengan kematian
seorang Chico Mendes. Untuk mengenang jasa-jasanya maka wilayah hutan Chacoeira
dijadikan Taman Nasional Chacoeira yang diumumkan secara resmi oleh pemerintah
Brazil.
“seratus
orang tak berpendidikan akan menimbulkan pemberontakan, satu orang
berpendidikan merupakan awal dari munculnya suatu gerakan”(Chico Mendes)
Hasil
Nonton Bareng Film
1. Problem
- Masalah Dana Untuk Turun Kelapangan
- Lapangan Pekerjaan Di Kampus
- Problem Kerja-Kerja Kampus/Mahasiswa :
A. Egoisme Individu Mahasiswa
Mengenai Pekerjaan (Pns)
B. Egoisme Kelembagaan Mahasiswa
C. Masalah Diktat, Perlu Adanya
Penyadaran Dan Perlu Bergerak Bersama
D. Kurang Pendekatan
- Banyak Membuat Forum/Lembaga Namun Menjadi Mati (Tidak Terawat) Dan Akhirnya Membuat Forum Baru
A. Perlu Pupuk/ Formulasi
B. Rantai Patronase
C. Komitmen Dan Konsisten
D. Praktek-Praktek Kerja
2. Solusi
•
Sosialisasi /Propaganda
A. Perlu Investigasi Kondisi
Objektif
B. Membuat Buletin
C. Cara Mendakati Orang
D. Pelajaran Kritik-Otokritik
E. Kolektif
3. Program Kedepan
•
Membuat Selebaran (Materi) Belajar Dari Fak Pertanian.
•
Menghidupkan Kembali Fordima Dengan Materinya
Lebih Mengarah Kekampus. Pemateri Lebih Diperluas (Dosen Dll).
•
Untuk Fordima Malam Kamis (27-2-2013) Pj :
Tri Kusuma Atmaja, Materinya : Hak Demokratis Mahasiswa. Pemateri Amank, Tempat
: Bem Fkip Unpar/UPT PGSD (Sikuy).
•
Untuk Kader Rakyat Malam Sabtu (1-3-2013),
Materi : Isak, Pemateri : Dany
0 komentar:
Posting Komentar