Tonggak gerakan lingkungan hidup telah ditancapkan dua
dekade lalu. Melalui, aksi-aksi penyadaran publik dan advokasi kebijakan atas
pentingnya lingkungan hidup dalam seluruh nafas pembangunan.
Pada
perkembangan selanjutnya, gerakan lingkungan hidup kini tidak bisa lagi hanya
mengandalkan kegiatan kampanye dan advokasi kebijakan, melainkan perlu mencari
ranah-ranah perjuangan baru untuk memperoleh dukungan publik yang semakin
meluas.
Sepak terjang Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
(WALHI) selama ini adalah naluri perlawanan mengamati serta menyimak amanat
penderitaan rakyat dan hancurnya pilar-pilar penyangga keberlanjutan kehidupan
rakyat di seluruh pelosok Nusantara. Sementara itu, diakui, isu-isu
lingkungan belum berhasil menjadi isu utama masyarakat.
WALHI sendiri dibatasi oleh struktur organisasi
jaringan yang memilliki ikatan-ikatan ideologis yang longgar dan amat lamban
dalam mengambil keputusan. Fenomena ini menciptakan tafsir-tafsir
beragam atas kiprah WALHI dalam memperjuangkan keselamatan lingkungan hidup dan
keselamatan rakyat. Kelonggaran ideologis ini menjadikan WALHI selalu
tak mampu melangkah jauh dan berkutat pada kubangan sendiri.
Pembaruan format gerakan lingkungan hidup penting dan
mendesak untuk merespon agenda kapitalisme global yang semakin ganas
menghisap tenaga-tenaga dan kekayaan alam Nusantara. Penghisapan
tenaga-tenaga rakyat dan sumber-sumber kehidupan rakyat telah merontokkan
sendi-sendi perikehidupan rakyat pada titik yang tak terpulihkan kembali.
Gerakan lingkungan hidup baru harus mampu meretas
keterbatasan-keterbatasan WALHI sebagai organisasi jaringan. Pada sisi
lain, perubahan ini harus tetap menjamin WALHI sebagai wahana yang
nyaman bagi semua komponen gerakan lingkungan hidup dan gerakan sosial lainnya.
Tugas pejuang lingkungan hidup mendatang adalah
membangun kekuatan gerakan sosial yang kuat, besar, dan meluas melalui cara
membangkitkan kembali kebudayaan gerakan, mengembangkan kesadaran kelas,
membuka akses informasi, membangun keseimbangan kekuatan politik, serta
memperkuat organisasi rakyat agar mandiri dan mampu menentukan agendanya
sendiri.
Neo-liberal
Akar Persoalan Lingkungan Hidup
Ide dasar paham neoliberal adalah sistem pasar
seharusnya terlibat penuh dalam menentukan keputusan-keputusan penting di
bidang politik dan sosial. Gagasannya, mendesak kepada negara secara sukarela
melepaskan peran-perannya di bidang ekonomi. Dengan kata lain, memberikan
keleluasaan kepada perusahaan-perusahaan privat sebebas-bebasnya
mengembangkan diri, membatasi gerakan serikat buruh, dan melupakan rakyat
jelata (tak ada lagi perlindungan khusus bagi rakyat kebanyakan).
Paham neoliberal adalah serangkaian kebijakan ekonomi
yang membuat si kaya semakin berkuasa dan si miskin kian melarat.
Intisari gagasan ini adalah memperkuat peran pasar dengan cara
membebaskan perusahaan-perusahaan privat dari tekanan negara tanpa peduli
berapa besar kerugian sosial yang diakibatkan kebijakan ini; pangkas dana-dana
pelayanan dan kesejahteraan seperti pendidikan, pelayanan kesehatan, dan air
bersih—semua ini dengan mengatasnamakan pengebirian peran negara; rombak semua
hukum dan peraturan negara yang menghambat keuntungan sektor privat
termasuk peraturan perburuhan dan lingkungan hidup; privatisasi
badan-badan usaha milik negara, barang dan jasa kepada para pengusaha
swasta—walaupun kerap kali mengatasnamakan efesiensi tetapi pada galibnya
privatisasi adalah penyerahan kekayaan negara kepada segelintir orang dan
akhirnya rakyat kebanyakan harus membayar lebih mahal; mengikis habis konsep
kekayaan publik dan menggantikannya menjadi barang-barang privat; memaksa
rakyat jelata mencari solusi sendiri atas masalah pelayanan kesehatan,
pendidikan dan keamanan sosial serta memberikan label kepada mereka—bila mereka
gagal—akan dituduh sebagai kaum pemalas.
Privatisasi sumber-sumber kehidupan rakyat telah
menghilangkan peran dan tanggung jawab negara untuk melindungi hak-hak dan
keselamatan rakyat. Negara telah disandera oleh agenda kapitalisme global dan
perdagangan bebas serta agenda militerisme sehingga pada gilirannya bencana
menimpa masyarakat adat, kaum tani miskin, kaum miskin di perkotaan, kaum
perempuan dan anak-anak, serta golongan terpinggirkan lainya.
Paham neoliberal mendudukan mekanisme pasar dan
kompetisi untuk menentukan masa depan nasib manusia. Paham ini telah menjelma
menjadi satu-satunya sistem yang dipercaya layak hidup di muka bumi, mirip
dengan firman Tuhan, tanpa mengindahkan berapa banyak kerusakan sistem politik,
ekonomi, sosial dan ekologi yang disebabkan oleh pemaksaan kebijakan
neoliberal.
Paham neoliberal bertumpu pada tiga hal fundamental,
yakni perdagangan bebas barang dan jasa; perputaran modal yang bebas; dan
kebebasan berinvestasi. Pada galibnya paham neoliberal dirancang bagi
kaum pemenang bukan bagi kaum pemilih. Jika demikian, paham neoliberal
telah mengubah peta politik secara fundamental siapa menguasai siapa dan siapa
saja yang memperoleh keuntungan dari situasi tersebut.
Paham neoliberal telah menjadi pilar globalisasi
ekonomi. Globalisasi ekonomi terbukti tidak memberikan kemakmuran bagi
rakyat banyak tetapi hanya melindungi kemakmuran segelintir orang. Semisal,
kekayaan 200 orang terkaya di dunia senilai USD 1000 milyar, atau masing-masing
memiliki kekayaan USD 5 milyar. Kekayaan mereka setara dengan pendapatan
per tahun 2,5 milyar orang di negara-negara dunia ketiga. Kekayaan
orang-orang kaya itu ternyata tidak dipergunakan untuk mengembangkan
program-program penyelamatan lingkungan, bahkan Bank Dunia dan International
Monetery Fund (IMF) justru memperluas kerusakan lingkungan hidup.
Globalisasi adalah biang kerusakan sumber-sumber
kehidupan. Karena, suatu produk industri mau tidak mau pasti diproduksi
dengan cara-cara mengeksploitasi lingkungan hidup, mencemari air dan udara,
berkontribusi pada pemanasan global, meningkatkan penggunaan energi, dan untuk
distribusinya membutuhkan infrastruktur berupa jalan raya, pelabuhan, bandara,
pembangkit listrik dan banyak lagi.
Guna kepentingan meningkatkan perdagangan bebas, kaum
industrialis memaksa adanya standar lingkungan konsisten.
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO: World Trade Organization)
merespon usulan ini dengan mengeluarkan kesepakatan standar minimum
perlindungan lingkungan hidup bagi para pemodal. Kesepakatan itu
menyebutkan standar yang dipakai adalah standar lingkungan hidup paling
minimal. Artinya, setiap pengusaha asing yang bekerja pada sebuah negara
lain, akan menggunakan peraturan pengendalian lingkungan hidup yang paling
rendah standarnya.
Paparan di muka memberikan gambaran begitu serius dan
luasnya persoalan lingkungan hidup saat ini. Persoalan lingkungan bukan
lagi persoalan rendahnya kesadaran publik dan kelemahan kebijakan negara
melainkan perusahaan-perusahaan transnasional dengan memanfaatkan tangan
pemerintah sengaja menciptakan persoalan lingkungan hidup dan gagal mengatasi
masalah-masalah lingkungan hidup yang diakibatkannya, seperti masalah pemanasan
global dan modifikasi sumber-sumber genetik alami.
Biang persoalan lingkungan hidup, masa depan Planet
Bumi dan keselamatan rakyat yang hidup di dalamnya adalah sistem politik dan
ekonomi kapitalis. Sistem ini hanya mencari keuntungan sebanyak-banyak dengan
cara bersaing dan mengabaikan urusan lingkungan hidup. Untuk melawan sistem
ini, slogan “Bumi bukan Komoditi” telah dipopulerkan oleh gerakan
anti-kapitalisme di dunia. Gerakan anti-kapitalisme terang-terang menolak
gagasan kapitalisme yang mendudukan rakyat dan sumber-sumber kehidupan alami
sebagai barang dagangan.
Seluruh paparan di muka telah mengantarkan pada
gerbang gerakan baru lingkungan hidup. Gerakan ini tidak lagi
menonjolkan pada penyelamatan alam semata melainkan bagaimana meluluh-lantakkan
sistem-sistem dunia yang menindas dan tidak adil. Gerakan lingkungan
hidup baru melesak ke tengah-tengah persoalan dunia yang semakin rumit dan
kompleks. Persoalan lingkungan hidup bukan persoalan pinggiran lagi, melainkan
menjadi persoalan inti bagi keberlanjutan kehidupan bangsa yang menghuni di
sepanjang kepulauan Nusantara. Oposisi pada kapitalisme menjadi nafas
baru gerakan lingkungan hidup dan gerakan sosial lainnya karena kerusakan
lingkungan hidup makin dipahami sebagai akibat krisis-krisis sosial yang
diproduksi oleh sistem kapitalisme.
Krisis-Krisis
yang tak terpulihkan
Akumulasi pengerukan kekayaan alam dan penghisapan
tenaga-tenaga rakyat telah menyebabkan terjadinya krisis yang tidak
terpulihkan. Krisis-krisis ini pada gilirannya telah mengancam kelangsungan
sumber-sumber kehidupan rakyat. Krisis-krisis tersebut meliputi krisis politik,
ekonomi, sosial budaya dan ekologi.
Krisis politik terjadi karena parlemen atau
wakil-wakil rakyat tak lagi memegang kekuasaan nyata pada masyarakat kapitalis
saat ini. Banyak keputusan politik, ekonomi dan sosial yang mempengaruhi
kehidupan rakyat banyak ditentukan di ruang-ruang petinggi
perusahaan-perusahaan raksasa. Perubahan nyata tidak cukup hanya memilih
wakil-wakil rakyat pada saat Pemilu. Kekuatan politik uang telah membunuh
perkembangan demokrasi.
Krisis ekonomi semakin tak bisa dipulihkan karena
semua kekayaan negara hanya dikuasai oleh segelintir orang dan perusahaan.
Para pengusaha raksasa telah menekan elite pemerintah supaya memperoleh
kemudahan-kemudahan akses dan keringanan pajak. Bila elite pemerintah
yang tidak memberikan tuntutan, para pengusaha mengancam akan
memindahkan modal ke tempat atau negara lain. Penjualan
perusahaan-perusahaan milik negara tidak lain memperkaya segelintir pemodal. Di
sisi lain, pemerintah dengan dukungan para pengusaha raksasa
menghancur-leburkan sistem-sistem ekonomi komunitas yang mandiri dan tumbuh di
pelosok-pelosok Nusantara dengan memperkenalkan sistem perbankan dan sistem
moneter. Pada intinya, perekonomian nasional telah tunduk dan takluk pada
sistem kapitalisme global.
Krisis sosial budaya terjadi karena proyek-proyek
pembangunan dan perluasan modal telah meluluhlantakan basis sosial dan
kebudayaan rakyat di seluruh penjuru Nusantara. Konflik sosial antara
rakyat dan negara, antara rakyat dan pemodal, juga antara rakyat dan rakyat
semakin marak dan kompleks serta tak terselesaikan. Ambruknya sistem
kebudayaan rakyat menjadikan rakyat tak mampu melakukan reproduksi sosial bagi
keberlanjutan kehidupan generasi mendatang.
Krisis ekologi terjadi karena negara, pemodal dan ilmu
pengetahuan telah mereduksi alam menjadi onggokan komoditi yang bisa direkayasa
untuk memperoleh keuntungan ekonomi. Monokulturisasi tanaman pertanian,
perkebunan dan kehutanan telah membuat pupus fungsi-fungsi ekologi habitat
alami. Teknologi hibrida dan modifikasi sumber-sumber hayati telah mengganggu
sistem keseimbangan alam seperti terjadi pada Revolusi Hijau. Privatisasi
kekayaan alam baik untuk tujuan komersial dan konservasi telah menjauhkan akses
dan kontrol rakyat pada sumber-sumber kehidupan. Pada gilirannya,
kebakaran hutan dan lahan, banjir, pencemaran air dan udara serta krisis
air telah menjadi bencana yang diciptakan.
WALHI dan Perjuangannya
Mencermati ketidakadilan negara dan modal pada perikehidupan
rakyat di seluruh pelosok Nusantara, WALHI meneguhkan diri untuk memperluas
gerakan lingkungan hidup menjadi gerakan perubahan sosial seluas-luasnya untuk
mewujudkan tatanan masyarakat baru yang demokratik dan berkeadilan serta
menjamin hak-hak rakyat dalam mengelola sumber-sumber kehidupannya.
WALHI akan berperan sebagai penggerak utama dalam
upaya membangkitkan gerakan sosial untuk menyelamatkan kedaulatan rakyat atas
lingkungan hidup dan menolak segala bentuk ketidakadilan lingkungan hidup yang
dipromosikan oleh lembaga keuangan internasional, lembaga pembangunan
internasional dan perusahaan-perusahaan transnasional.
Nilai-Nilai
Perjuangan WALHI
Untuk melawan segala bentuk penindasan atas rakyat
jelata dan sumber-sumber kehidupannya tersebut, WALHI setia pada nilai-nilai
perjuangan WALHI yang disenaraikan sebagai berikut:
- Demokrasi : Seluruh rakyat harus terlibat dalam proses pengambilan keputusan apa pun yang akan berdampak bagi keberlanjutan kehidupan rakyat.
- Keadilan antar Generasi : Semua generasi baik sekarang maupun mendatang berhak atas lingkungan yang berkualitas dan sehat
- Keadilan gender : Semua orang berhak memperoleh kehidupan dan lingkungan hidup yang layak tanpa membedakan jenis kelamin, agama dan status sosial.
- Penghormatan Terhadap Mahluk Hidup: Semua mahluk hidup baik manusia maupun non manusia memiliki hak dihormati dan dihargai.
- Persamaan Hak Masyarakat Adat : Masyarakat adat di seluruh pelosok nusantara berhak menentukan nasibnya sendiri untuk berkembang sesuai kebudayaannya.
- Solidaritas sosial :Semua orang memilik hak sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya yang sama
- Anti Kekerasan : Negara dilarang melakukan kekerasan fisik dan non fisik kepada seluruh rakyat.
- Keterbukaan : Seluruh rakyat berhak atas semua informasi berkenaan dengan kebijakan dan program yang akan mempengaruhi kehidupannya.
- Keswadayaan :Semua pihak diharapkan mendukung keswadayaaan politik dan ekonomi masyarakat.
- Profesionalisme : Semua pihak hendaknya bekerja secara profesional, sepenuh hati, efektif, sistematik dan tetap mengembangkan semangat kolektivitas.
Dalam mengejawantahkan nilai-nilai di muka, WALHI
menegaskan posisinya untuk mewujudkan hal-hal berikut:
Pemerintahan
Rakyat Demokratik
Sistem parlemen dan sistem pemilu saat ini ternyata
gagal mendudukkan wakil-wakil rakyat yang berkualitas dan berpihak pada
kepentingan rakyat jelata. Parlemen tak lagi punya kuasa dan telah ditelikung
agendanya oleh kelompok pemodal. Sistem demokrasi kerakyatan menolak segala
demokrasi dengan sistem perwakilan tetapi mendorong semua rakyat aktif terlibat
dalam proses politik. Upaya menuju pemerintah rakyat demokratik dilakukan
dengan menggunakan kekuatan rakyat dari arus paling bawah.
Masyarakat
Berkeadilan
Sistem masyarakat kapitalis menciptakan kehidupan yang
tidak adil dan korup serta individualistik. Sistem masyarakat seperti ini
membuat rakyat semakin tersingkir dan terasingkan. Masyarakat berkeadilan
adalah tatanan masyarakat yang bertumpu pada nilai-nilai komunitas yang
menghilangkan perbedaan gender, suku-bangsa dan agama. Nilai-nilai
komunitas mendudukan kembali martabat manusia sebagai mahluk sosial bukan kaki
tangan dari mesin-mesin kapitalisme.
Kehidupan
Berkelanjutan
Sistem produksi kapitalistik pada akhirnya tidak
menjamin keberlanjutan kehidupan rakyat. Pengerukan sumberdaya alam
secara besar-besaran telah menghancurkan sistem produksi dan
reproduksi sosial rakyat. Kehidupan berkelanjutan terjadi bila sistem
produksi berbasis pada kebutuhan rakyat bukan pada kerakusan beberapa gelintir
orang. Perusahaan-perusahaan tidak bisa lagi hanya menguntungkan
segelintir pemiliknya tetapi dikontrol dan dikendalikan oleh orang-orang yang
bekerja pada perusahaan itu. Pasar tidak lagi mendikte apa harus diproduksi,
akan tetapi rakyat kebanyakanlah yang merencanakan dan menentukan apa yang akan
diproduksi.
Hak atas
sumber-sumber kehidupan
Sistem kapitalistik memberikan hak-hak istimewa
kekayaan alam pada gelintir pengusaha dan orang-orang berkuasa. Penguasaan
kekayaan alam oleh negara dan perusahaan telah membawa bencana. Untuk
itu, negara harus menjamin sepenuhnya perlindungan, penghormatan dan pemenuhan
hak-hak rakyat atas sumber-sumber agraria (tanah, air, udara dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya) dan keadilan lingkungan hidup.
WALHI
Bergerak
WALHI menyerukan kepada seluruh rakyat di
kota-kota dan pelosok-pelosok nusantara agar segera melakukan tindakan-tindakan
sebagai berikut:
Tetapkan sikap anti dan Sebarkan kata-kata perlawanan
terhadap globalisasi. Perubahan politik hanya terjadi jika perubahan
sikap pada orang-orang awam. Berbicaralah tentang globalisasi kepada
kawan dan kerabat Anda. Anda tak perlu memberikan jawaban, melainkan sampaikan
pertanyaan tentang globalisasi dan lingkungan hidup.
Lakukanlah kampanye menentang segala bentuk penindasan.
Dukung dan lakukanlah kampanye dan program-program organisasi yang menentang
globalisasi yang berdampak buruk pada kehidupan rakyat. Jantung persoalan
lingkungan hidup adalah penindasan pada hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial
dan budaya warga negara.
Ubahlah gaya hidup Anda. Lakukan cara-cara hidup
yang bersahabat dengan orang-orang tertindas dan lingkungan hidup seperti
bersepeda, hemat energi, menggunakan barang daur ulang, dan lain-lain.
Gunakan kekuatan Anda sebagai konsumen. Pilihlah produk-produk
yang bertanggung jawab pada lingkungan hidup. Pakailah produk organik,
beli barang-barang yang diperdagangkan secara adil. Hindari produk-produk
multinasional. Dukung produk-produk lokal. Belilah produk petani setempat.
Gunakan kekuatan Anda sebagai buruh. Jangan
bekerja pada perusahaan-perusahaan yang ditengarai menghancurkan lingkungan
hidup dan tidak menghormati hak-hak buruh. Dorong perusahaan tempat Anda
bekerja untuk lebih peduli pada lingkungan hidup dan hak-hak rakyat.
Lakukan lobi kepada anggota parlemen di wilayah Anda.
Sampaikan gagasan anti-globalisasi dan penyelamatan lingkungan hidup
kepada wakil-wakil Anda di parlemen di wilayah Anda. Selain bertatap
muka, Anda bisa menggunakan surat dan berbagai media untuk menekan anggota parlemen
tidak dijebak untuk mendukung agenda-agenda globalisasi.
Lakukan investasi dengan etika. Investasikan
uang Anda pada lembaga-lembaga keuangan yang menghormati lingkungan hidup dan
hak-hak rakyat. Kembalikan posisi uang menjadi alat tukar yang adil dan
fasilitator pertukaran sumberdaya rakyat.
Periksalah perilaku lembaga-lembaga keuangan tempat
Anda menyimpan uang. Hindari lembaga-lembaga keuangan yang jelas-jelas
mendukung perusahaan yang mencemari lingkungan hidup dan menghancurkan
sumberdaya alam.
Bergabunglah dengan organisasi-organisasi
perlawanan rakyat dan anti globalisasi. Tentu amat sulit bertindak
sendiri sesuai dengan kemauan pribadi. Bergabunglah dengan
organisasi-organisasi yang membela hak-hak Anda dan isu-isu anti globalisasi.
Kembangkan isu-isu sesuai dengan latar belakang Anda. Jika Anda guru,
gunakan kekuatan Anda untuk mendidik isu-isu penting ini. Jika Anda
perempuan, kaitkan isu globalisasi dengan penderitaan kaum perempuan akibat
globalisasi.
Memperluas
Gerakan Lingkungan Hidup
Organisasi WALHI memperluas gerakan lingkungan hidup
melalui tindakan-tindakan kongkrit sebagai berikut :
WALHI akan mengorganisir diri sampai pada tingkat kota
dan kampung dengan cara melakukan banyak pertemuan warga dan pertemuan rakyat
secara rutin. Pertemuan-pertemuan ini bersifat praktis untuk
menfasilitasi para aktivis yang ingin mengorganisir dan meradikalisasi gerakan
lingkungan di wilayahnya, tempat kerja dan kampus-kampus serta sekolah-sekolah.
WALHI akan menyelenggarakan pertemuan-pertemuan publik
di kota dan kampung untuk mendidik publik agar peduli pada masalah globalisasi
dan lingkungan hidup yang bersifat struktural.
WALHI akan menyelenggarakan sanggar kerja bagi
berbagai kalangan untuk memperkenalkan relasi antara dampak globalisasi dan
gerakan lingkungan hidup.
WALHI akan melakukan kunjungan dari rumah ke rumah dan
pusat-pusat keramaian untuk mengajak orang bergabung dengan gerakan lingkungan
hidup dan bersedia mendukung sesuai kemampuannya.
WALHI akan memperkuat forum-forum rakyat peduli
lingkungan di daerah-daerah dan di kota-kota untuk membangun kekuatan rakyat
dan membentuk jaringan dengan gerakan lain agar mereka gerakan lingkungan hidup
semakin disegani.
WALHI akan menjadi poros perlawanan gerakan
anti-globalisasi dan gerakan melawan segala bentuk penindasan pada rakyat dan
lingkungan hidup dengan mendirikan kelompok perlawanan di mana-mana dan
beraliansi dengan gerakan buruh, petani, nelayan, perempuan dan mahasiswa.
WALHI akan melakukan aksi-aksi konfrontatif tanpa
kekerasan kepada semua pihak yang jelas-jelas terbukti merusak lingkungan hidup
dan melakukan kekerasan kepada rakyat tertindas.
WALHI akan menggalang dana-dana publik dengan
memobilisasi seluruh sumberdaya melalui kekuatan tenaga sukarelawan dan kaum
progresif lainnya.
sumber : http://www.walhi.or.id/id/component/content/article/44-tentang-walhi/109-manifesto-gerakan-walhi
0 komentar:
Posting Komentar