Musim Kemarau Telah Datang, Kita Harus Siap Dan Sigap
Aryo Nugroho Waluyo
“ Pantang pulang sebelum padam” adalah sebuah moto para relawan madala agni dalam menyelesaikan perkerjaannya jika ada kebakaran terjadi disuatu tempat. Akhir ini suhu  Kota Palangka Raya sangat meningkat sekali dan hampir 1 bulan terakhir Palangka Raya sudah tidak diguyur oleh hujan. bagi yang suka menyuci baju pasti akan selalu bahagia karena cucianya akan bakal kering terus sepanjang hari.
Apakah ini yang disebut oleh para meteorologi dan geofisika  dengan istilah musim kemarau, wah kalau benar terjadi pesta asap akan segera terjadi di bumi Tambun Bungai karena kita lengah untuk menjaga lingkungan kita masing-masing, semoga tidak terjadi cukup asap rokok saja, amien.
Kalau tidak salah pada tahun 2010, kebakaran melanda di kawasan lingkar dalam Kota Palangka Raya, jalan RTA.Milono sampai menuju jembatan Tumbang Nusa api sangat senang berlama-lama dilahan gambut tersebut. Aktivitas penglihatan mata pun tidak begitu sempurna lagi karena terlindungi oleh asap yang kian menebal.
Sekarang tahun 2012, musim kemarau telah tiba lalu pertanyaanya adalah apa tindakan kita, apakah setelah ada api telah membakar lalu kita heboh membuat posko anti kebakaran. Jika kita masuk kepada penyebab terjadi kebakaran maka kesimpulan awam kita adalah adanya manusia yang tidak bertangung jawab, dengan sengaja membakar lahan untuk berbagai macam hal, namun tidak dijaga dengan benar. Tanah dengan unsur gambut sangat mudah sekali terbakar dan apinya susah untuk di padamkan karena gambut mempunyai ronga-ronga yang tebal sampai bersentuhan dengan tanah.
Jika menengok dari hasil diskusi Direktur Walhi Kalimantan Tengah Dengan Kepala BKSDA Kalimantan Tengah pada waktu yang lalu di RRI  Palangka Raya, Kepala BKSDA menyatakan bahwa Kalimantan Tengah sudah mempunyai hotspot yang cukup banyak, walaupun menurut beliau bahwa hotspot itu belum tentu adanya api kebakaran namun adalah sebuah titik dimana suhu telah naik dan memungkinkan saja terjadi kebakaran.
Sedangkan menurut Direktur Walhi Kalimantan Tengah, Bung Arie Rompas sapaan akrab beliau menyatakan bahwa sebenarnya titik api atau lokasi rawan kebakaran dari tahun ketahun cuman disitu-situ saja areanya, kebakaran disebabkan banyaknya hutan yang telah dikonversi atau beralih fungsi menjadi perkebunan dan lain-lain. Konversi hutan inilah menyebabkan daya serap air sudah tidak dapat berfungsi dengan baik, sehingga tanah dengan lapisan gambut mengering dan mudah sekali terjadi kebakaran. Banyak sekali terjadi penutupan sungai-sungai kecil diarea hutan yang sudah di konversi dan untuk menangulangi kebakaran hutan adalah selain penegakan hukum yang secara maksimal, yang kedua adalah adanya reklamasi hutan kefungsi awalya sebagai posisi ekologis yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Tendensi burukpun selalu menyasar kepada masyarakat, bahwa lagi-lagi yang membakar adalah aktivitas masyarakat dalam membuka lahan untuk dimanfaatkan, apalagi tendensi miring ini ditujukan kepada budaya masyarakat lokal untuk membuka lahan mereka harus membakar. Padahal, menurut Ketua Aliansi Masyrakat Adat Nasional Daerah Kalimantan Tengah, Bung Simpun Sampurna menyatakan bahwa Budaya membakar masyarakat adat kalimantan tengah sangat ramah lingkungan, dimana warga melakukan pembakaran lahan dengan banyak mengunakan inisiatif lokal yaitu diantaranya dengan pembuatan sekat apui, apui dilawan dengan apui dan membuat beje.
Menyikapi hal ini kita sebagai orang yang mencintai lingkungan harus siap dan sigap untuk menjaga lingkungan kita agar tidak menjadi musuh atau mempunyai akibat buruk, bagi kita dan keluar kita yang kita sayangi. Ayo mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang terkecil lalu mengajak orang lain dalam hal menyelematkan lingkungan.
Pesan kecil untuk Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah yaitu sebagai berikut:
1.      Tegakkan hukum seadil-adilnya
2.      Adanya patroli untuk memantau
3.      Menginstruksi kepada pihak perusahaan untuk menjaga kawasan konsesinya agar tidak terbakar, jika terdapat kebakaran harus ada sanksi administratif
4.      Kembalikan fungsi hutan pada khitohnya.
Sahabatmu Aryo Nugroho, W. (Aryo Sang Penggoda)










KEHIDUPAN

Reyvan Sitanggang
Hidup memang tidak selamanya seperti apa yang kita harapkan, terkadang apa yang kita cita – citakan belum tentu itu yang nantinya kita jalani, tentu hidup juga harus ada tujuan ataupun misi yang ingin kita capai tentunya karena hidup adalah petualangan dan hidup adalah perbuatan, namun disamping itu apa yang kita harapkan dan apakah cara yang kita gunakan agar apa yang kita harapkan tersebut sesuai dengan yang kita inginkan. Karena bagi saya pribadi bahwa hidup itu perlu perbuatan walaupun itu hanyalah hal yang kecil dan sepele, namun belum tentu apa yang kita pandang sepele itu nantinya tetap menjadi sepele begitu saja dan begitu juga sebaliknya, belum tentu hal yang besar itu akan selamanya menjadi hal yang besar karena dunia ini berputar dan hidup ini pun seperti roda yang berputar tak selamanya kita berada dibawah dan tak selamanya pula kita berada diatas .
Begitu juga dengan segala hambatan yang kita alami dalam hidup ini, kalau tidak ada yang namanya cobaan atau hambatan hidup ini pun tidak akan terasa nyaman, karena cobaan dan hambatan itu sebenarnya hal yang dapat membuat kita menjadi lebih baik lagi, kenapa karena jika ada cobaan atau hambatan yang kita alami berarti ada hal yang telah kita lakukan itu merupakan hal yang salah dan dengan adanya cobaan itu atau hambatan itu tadi kita dapat mengoreksi kesalahan kita dan saya yakin semua manusia yang hdup di dunia ini pasti telah dibekali dengan talentanya masing – masing yang diberikan Tuhan sejak ia lahir, dan manfaat atau kegunaan dari cobaan itu tadi adalah agar kita dapat memanfaatkan itu dengan baik demi diri kita dan orang – orang disekitar kita.
Begitu juga dalam hal masalah perasaan atau yang biasa kita sebut sebagai cinta, banyak orang ingin mencintai dan dicintai baik itu wanita dan laki – laki, namun cara yang mereka gunakan dalam menjalankanyalah yang berbeda, tergantung dari bagaimana perasaan dan emosional mereka bergerak apakah itu begitu – begitu saja atau pun adalah hal yang berbeda yang mereka lakukan, dan tidak banyak pula mereka – mereka yang putus cinta, entah kenapa mungkin gara – gara mereka salah dalam mengambil keputusan dengan apa yang seharusnya mereka lakukan dalam hubungan mereka tersebut, namun seperti yang saya alami, saya merasa bahwa saya sudah menjalankanya dengan sebaik – baiknya namun yah itulah manusia terkadang begini dan terkadang begitu tidak bisa bisa konsisten dengan apa yang telah ia pilih dan yang telah ia pilih untuk ia jalani nantinya, namun yang saya bingungkan dari apa yang saya jalani dalam hal percintaan, kenapa saya yang harus disalahkan dalam hubungan kami ini dan seolah – olah bahwa sayalah penyebab dari hancurnya hubungan kami ini, padahal apa yang ia minta sudah saya berusaha dengan semampu saya untuk dapat menjalankanya, namun mungkin mantan pacar saya itu mungkin yang banyak mintanya, dan tidak menegrti apa itu cinta dan bagaimana seharusnya dalam menjalankanya, tapi ya sudalah mungkin ini memang yang harus saya jalani dan yan haus saya terima dan saya yakin seperti pernyataan saya diatas tadi bahwa cobaan itu selalu ada dan datang pada siapa saja tergantung dari bagaimana seseorang itu menyikapinya karena hidup itu dn cinta itu bukanlah hal yang wajib namun suatu budaya dan keinginan yang ingin dirasakan oleh semua orang termasuk saya, dan saya akan mencoba untuk menjalankanya dulu mungkin dari sinilah saya bisa dapat hal yang lebih dari yang saya harapkan dan saya akan mencoba memulai hidup saya yang baru disini ditanah Kalimantan tengah yang disinilah saya akan berusaha dan berdoa tentunya agar saya nantinya bisa menjadi orang yang berguna bagi diri saya sendiri, keluarga, dan bangsa saya.





















Sekelompok Ramaja di Puncak Bukit Tangkiling
Tri Kusuma Atmaja

Sabtu Pukul 14.00 WIB, 13 orang remaja berkumpul dengan membawa tas dan perlengkapan kemah. Setelah checking perlengkapan, 13 pria tersebut memulai perjalanan dengan mengendarai sepeda motor menyusuri jalan Cilik Riwut dengan tujuan akhir Bukit Tangkiling. Setelah menempuh kurang lebih 45 menit perjalanan, akhirnya sampai di kaki Bukit Tangkiling tepatnya di Taman Alam Batu Banama yang dulunya digunakan sebagai wadah Outbond. Beberapa dari mereka bediskusi mengenai tempat penitipan kendaraan yang mereka gunakan sebagai alat transportasi, dalam diskusi tersebut di ambil kesimpulan bahwa kendaraan akan dititipkan ke penjaga Taman Wisata Batu Banama yang tinggal di kaki Bukit Tangkiling. Dengan iuran beberapa orang dari mereka kemudian diserahkan kepada penjaga sembari menitipkan helm.
Pukul 15.00 WIB, pendakian Bukit Tangkiling dimulai. Masing-masing orang memiliki tugas dalam pendakian tersebut, ada yang ditugaskan membawa air minum, makanan selama perkemahan, tenda, kayu bakar dan tidak lupa juga ada yang di tugaskan untuk menjadi dokumentasi alias tukang jepret kamera. Pendakian berlangsung seru, ada beberapa dari mereka terlibat dalam gurauan sehingga di iringi gelak tawa dari beberapa orang dari mereka. Sampai di pertengahan bukit, kelompok pendaki istirahat beberapa menit, sembari melepas lelah, dan minum air mineral. Setelah di kira sudah cukup dan tenaga mulai fresh kembali, pendakian pun dilanjutkan.
Pukul 16.00 WIB, kelompok pendaki sampai puncak Bukit Tangkiling. Ketika sampai kelompok ini tidak langsung mendirikan tenda meskipun cuaca terlihat agak mendung, namun mereka kembali beristirahan dan ada beberapa dari mereka berfoto dengan narsis di Puncak Bukit Tangkiling. Setelah puas bersantai dan berfoto-foto, pendirian tenda dimulai, dari penyiapan tempat sampai tenda berdiri, semua dilakukan secara bersama hingga tenda selesai berdiri. Sore itu tidak begitu nampak mentari tenggelam di ufuk barat, hal ini karena cuaca yang agak mendung dan mentari tertutup oleh awan, meskipun begitu kelompok ini tetap asik menikmati alam terbuka dengan petikan gitar dari salah satu dari mereka.
Senja dengan gontai mulai menyelimuti puncak Bukit Tangkiling, bagian logistic mulai menyiampak menu makan malam untuk kelompoknya dan sebagian dari mereka menyiapkan api unggun. Selang beberapa saat, makan malam pun dihidangkan, mie instan menjadi menu utama makan malam kelompok pendaki ini. Makan malam telah usai, beberapa orang mulai menyalakan api unggun dan beberapa orang dari mereka duduk mengelilinginya seakan tidak sabar menunggu api unggun hidup.
Alunan nada-nada yang tercipta dari senar gitar menyeruak memecah keheningan malam Bukit Tangkiling di iringi suara-suara gembira nyanyian dari kelompok tersebut. Beberapa saat kemudian gerimis turun perlahan, hingga membuat beberapa orang berlarian masuk ke dalam tenda dan sebagian dari mereka melangkah gontai seakan enggan beranjak dari api unggun yang menciptakan suasana hangat di sela rintik-rintik gerimis malam itu.
Meskipun gerimis yang tadinya ramah berubah menjadi hujan yang lumayan deras, namun api unggun yang menemani perkemahan sekelompok remaja tersebut tidak padam walaupun sedikit-sedikit api kian mengecil. Dari dalam tenda suara gurauan menyusup melepaskan diri dari rintik-rintik air yang jatuh dari langit, beberapa dari mereka sampai terbahak dengan keras hingga menciptakan suara gema diatas yang diciptakan batu besar diatas bukit.
Malam kian larut, hujan kian reda, kelompok tersebut seakan enggan beranjak dari tenda, mungkin karena udara yang di sisakan oleh hujan yang reda mulai terasa dingin merasuk dalam tulang. Masih bercengkrama di dalam tenda dengan balutan selimut, beberapa orang dari mereka mulai terlelap dalam dekapan malam yang dingin, hanya beberapa dari mereka yang masih terjaga dengan menyulut rokok…. Bersambung.

















Desa Olung Muro dan PT Indo Muro Kencana
Muhammad Fahrulriyannor

Masih tentang Empat Hari Di Kab. Murung Raya. Setelah kemarin saya menulis tentang pengalaman selama empat hari di sana. Kali ini saya mencoba menuliskan hasil wawancara singkat dengan warga desa Olung Muro, Kec. Tanah Siang Selatan terkait hubungan desa tersebut dengan perusahaan pertambangan emas, PT Indo Muro Kencana.
Desa Olung Muro terletak di Kec. Tanah Siang Selatan Kab. Murung Raya, Kalimantan Tengah. Desa tersebut merupakan desa yang paling dekat dengan PT Indo Muro Kencana. Dengan otomatis desa Olung Muro merupakan desa yang paling sering bersentuhan langsung dengan kegiatan aktivitas perusahaan pertambangan tersebut.
Sedangkan PT Indo Muro Kencana merupakan salah satu tambang emas di Indonesia. PT Indo Muro Kencana adalah pertambangan emas terbesar di Kalimantan tengah yang wilayah operasinya mencakup 3 kecamatan, yaitu Kec. Tanah Siang Selatan, Kec. Murung dan Kec. Permata Intan.
Berangkat dari desa Tumbang Lahung, dan harus menyebrangi sungai, lalu masih 19 km melalui jalan tambang untuk sampai ke pusat operasi PT Indo Muro Kencana. Kemudian tidak sampai 1 km, terdapat sebuah desa, yaitu desa Olung Muro. Setelah sempat mengambil beberapa gambar aktivitas perusahaan, kami singgah di sebuah warung kopi milik salah satu ketua RT setempat. Beliau adalah ketua RT 2 di desa Olung Muro.
Setelah memesan kopi, obrolan dimulai. Pak RT awalnya bertanya tentang apa yang kami lakukan disini. Langsung saja aku jawab yaitu kedatangan kami untuk mendatangi dan mencari data tentang PT Indo Muro Kencana, salah satunya yaitu mengenai hubungan Perusahaan dengan Desa – desa di sekitar pertambangan. Mendengar apa yang saya sampaikan, beliau langsung mengutarakan pendapatnya. Menurutnya apa yang kami lakukan itu penting, karena orang – orang di luar sana harus tahu, khususnya pemerintah daerah. Bahwasanya warga desa Olung Muro disana hanya sebagai penonton. Datangnya perusahaan pertambangan ke daerah mereka, tidak memberikan dampak yang menguntungkan masyarakat desa Olung Muro. Contohnya seperti air bersih, atau semacam pembinaan masyarakat desapun sama sekali tidak ada. Jalan desapun dari dulu sama sekali tidak ada perhatian. Jangankan untuk mengaspal, untuk memperbaiki dengan cara mengeraskan struktur jalanpun mereka hanya meminta dari pemerintah daerah. Perampasan tanah, atau intimidasi bahkan penangkapan kepada masyarakat yang mengganggu asset perusahaan juga sudah sering terjadi.
Walaupun PT IMK terus melakukan perluasan, desa Olung Muro masih tidak mendapatkan apa – apa, hanya jadi sekedar penonton. Bapak tersebut berharap kepada mereka yang melakukan peninjauan harusnya langsung datang ke desa tersebut. Dan jangan hanya meninjau sekilas hanya tentang perusahaannya.
Hadirnya PT Indo Muro Kencana sangat tidak memberikan dampak yang baik kepada masyarakat desa Olung Muro. Masyarakat desa Olung Muro hanya sekedar menjadi penonton dan tidak mendapatkan apa – apa dari hasil kekayaan alam yang ada di wilayahnya. Pak RT tersebut berharap ada perhatian yang lebih baik lagi terhadap desa Olung Muro khususnya dari PT Indo Muro Kencana dan Pemerintah, karena desa Olung Muro merupakan desa yang paling dekat dengan perusahaan tersebut yang sampai saat ini masih sangat tertinggal.

 Hasil-Hasil Koreksi :
1.      Penulisan Start Untuk Menuju Lokasi Harus Ada
2.      Adanya Masih Banyak Pengulangan Kalimat
3.      Redaksi yang belum pas/tepat
4.      Pencantuman Narasumber
5.      Waktu atau tempat kejadian harus jelas
6.      Penjelasannya harus kuat
7.      Penyebutan kelompok