Sejumlah Aktivis membentangkan tulisan dari huruf yang satu kehuruf yang lain sehingga membentuk satu tulisan Rumah Kami Bukan Toilet Karbon, di Tugu Pancasila Kota Palangka Raya, sore 19(6)2012. Pembentangan tulisan tersebut bermaksud merefleksikan sebuah penolakan terhadap skematisasi global dalam bentuk ekonomi hijau yang sedang di bahas oleh Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) Rio+20, KTT bumi di Rio de Jeneiro, Brazil 20-22 Juni 2012, Indonesia adalah salah satu Negara yang ikut dalam kegiatan tersebut.

Isu dalam KTT pada tahun ini menganggkat tema mengenai Green Economic/ekonomi hijau. Banyak yang pesimis terhadap kebijakan dunia Internasional ini khususnya para pemerhati lingkungan, dimana pada data empiris menunjukan bahwa Negara-Negara penyumbang emisi terbesar (Amerika Cs) dengan tegas menolak  menurunkan emisi hasil produksi dari industri mereka.

Oleh sebab inilah para aktivis yang kebanyakan dari kalangan mahasiswa ini melakukan sebuah aksi dengan membentangkan tulisan Rumah Kami Bukan Toilet Karbon. Setelah melakukan aksi pemotretan para aktivis yang berjumlah sekitar 40 orang ini melanjutkan aktivitas dengan diskusi disalah satu tempat penjual makanan di Kota  Palangka Raya.

Diskusi dibuka oleh Bung Danar dengan menyamapaikan maksud dan tujuan kegiatan aksi yang telah digelar. Setelah adanya pembukaan dari Bung Danar diskusi di lanjutkan oleh Bung Arie Rompas selaku Direktur Walhi Kalimantan Tengah, walau beliau menghadiri diskusi tersebut bukan atas nama lembaga. Bung Arie menjelaskan tentang apa itu maksud dari Rumah Kami Bukan Toilet Karbon, bahwa menurut bung Arie ekonomi hijau yang akan di bahas nanti di Brazil hanyalah sebuah mekanisme dimana pihak Negara-Negara Kapitalis semakin kuat menancapkan kuasanya pada Negara setengah jajahan. Dimana pada hari ini yang terjadi adalah penjajahan model baru dimana penjajahan bukan secara fisik seperti yang terjadi pada waktu yang dulu dimana pihak Negara Belanda menjajah Negara Indonesia dan mengkontrol segalanya.

Contoh yang sangat nyata dan dekat dengan kita adalah proyek REDD + yang ada di Kalimantan Tengah dimana proyek tersebut didanai oleh Negara Norwegia berkerjasama dengan Pemerintah Indonesia. Kalimantan Tengah menjadi salah satu pilot project yang di jalankan oleh Kalimantan Fatnersip Climate Forest (KFCP) berlokasi di Kabupaten Kapuas. Proyek reduksion, emision, degradasion , deforestasion (REDD+) adalah proyek cuci dosa para Negara-Negara penyumbang emisi terbesar dunia termasuk Norwegia. Pemerintah Norwegia memberikan insentif kepada pihak Pemerintahan Indonesia untuk menjaga hutannya dengan skema penjualan karbon.

Skema Penjualan karbon inilah yang nantinya akan memasung hak-hak masyarakat khususnya masyarakat adat yang lekat sekali kehidupanya dengan hutan. Dimana jika skema ini benar-benar terjadi maka dapat dipastikan bahwa masyarakat harus keluar dan tidak bisa lagi beraktivitas dikawasan hutan.  Tentunya hal ini sangat merugikan masyarakat tentunya, masyarakat akan menjadi korban sedang pihak pemberi insentif mendapatkan citra bahwa telah berhasil membantu Negara Indonesia untuk menjaga hutanya dari kerusakan dan dapat menyerap karbon dengan baik. Bung Arie juga mengharapkan mahasiswa agar mengetahui posisi yang sebenarnya, dimana tingkat kesadaran mahasiswa cukup tinggi dan tanggap terkait problema-problema yang di hadapi oleh masyarakat.

Sahabatmu Aryo Nugroho.W (Aryo Sang  Penggoda)